#455. Festival Film Purbalingga Dimulai
PURBALINGGA, KOMPAS.com — Setidaknya tiga film independen mulai diputar sebagai pembuka Purbalingga Film Festival (PFF) 2009, yang digelar di Hotel Kencana dan Rumah Makan Nony, Purbalingga, pada Kamis (21/5) malam. Festival film independen yang untuk ketiga kalinya itu akan diselenggarakan sampai hari Sabtu besok atau tanggal 23 Mei.Selama festival berlangsung, ada 39 film yang akan diputar secara maraton di aula pertemuan Hotel Kencana dan Rumah Makan Nony. Setiap film yang berdurasi antara tiga menit sampai 30 menit itu dapat disaksikan oleh masyarakat umum dengan gratis.
Dari 39 film independen yang diputar dalam festival itu, 16 film di antaranya adalah hasil karya siswa SMP maupun SMA di wilayah eks Karesidenan Banyumas, yakni Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, dan Cilacap. Masing-masing memiliki tema cerita yang sangat beragam, mulai dari masalah sosial, kehidupan sehari-hari, problem remaja, hingga masalah keluarga.
Film independen selebihnya datang dari Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Perancis. Umumnya film-film itu telah diputar di beberapa daerah dan sudah cukup dikenal di kalangan kreator maupun pencinta film independen.
Film-film dari luar daerah itu terbagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama film produksi tahun 2002 sebanyak empat film, yaitu Ketemu Bapak garapan sineas Yogyakarta Yosef Anggi Noen, El Meler garapan sineas Jakarta Dennis Adhiswara, Di Antara Masa Lalu dan Masa Sekarang karya sineas Yogyakarta Eddie Cahyono, dan Eva Kenapa Rumahmu Jauh karya Koperasi Film Yogyakarta.
Kelompok kedua adalah film-film bertema pencarian rasa kebangsaan yang diberi judul tema "Cari Bangsa Cari Rasa", sebanyak lima film. Film-film itu adalah Pemburu Minyak, Sugiharti Halim, Ganco Cola, Anak-anak Lumpur, dan Indonesia Bukan Negara Islam. Hanya Sugiharti Halim yang hasil karya sineas Bandung, sedangkan selebihnya adalah karya sineas Jakarta.
Kelompok ketiga adalah film-film bertema anak-anak yang diberi nama tema "Dunia Kuncung", dan akan diputar di aula Rumah Makan Nony. Film-film itu di antaranya Free, Petualangan Penthal Penthol, Kuat-Kuatan, Ketemu Bapak, dan El Meler.
Bersama film bertema anak-anak itu juga akan diputar delapan film animasi dari Perancis yang dipersembahkan oleh Pusat Kebudayaan Perancis. Film-film itu berjudul Concrete, The Colonial Friend , The March of The Nameless, Bob, The Crease, The Process, Daily Schedule, dan Dynamo.
Menurut Direktur PFF 2009 Bowo Leksono, setiap pemutaran film dalam festival kali ini juga akan dibagi atas sasaran usia penonton. Tidak semua film dapat disaksikan oleh anak-anak hingga orangtua. Karenanya, pemutaran film dikelompokkan untuk semua usia dan di atas 15 tahun.
"Kami tidak ingin anak-anak menonton film yang tidak sesuai dengan usianya. Makanya petugas penjaga pintu ruang an pemutaran film akan bertindak tegas. Jika kebetulan film yang diputar untuk usia 15 tahun ke atas dan ada anak-anak, anak itu tetap tidak boleh masuk," katanya.
Dalam festival film itu hadir para sineas film independen yang cukup berpengalaman, seperti Lulu Ratna. Hadir pula puluhan sineas film independen dari Yogyakarta dan Solo.
Sumber : Kompas.com [23/05/2009]
Laporan wartawan KOMPAS Madina Nusrat