#474.Film Bukan Cinta Biasa Berhasil Menembus 500 Ribu Penonton
Meski belum genap tiga bulan beredar di sejumlah bioskop di seluruh Indonesia, film bernuansa dakwah remaja berjudul Bukan Cinta Biasa sudah meraih prestasi luar biasa, yakni menembus angka 500 ribu penonton. Kini film tersebut sedang diputar di Eropa pada ajang Festival Film Cannes di Prancis.Film garapan sutradara Benny Setiawan yang bercerita tentang perjuangan seorang anak gadis yang ingin menginsafkan sang ayah berperilaku playboy dan pemabuk itu ditonton banyak kalangan pelajar dan mahasiswa.
Produser Bukan Cinta Biasa, Naldy NH, mengatakan, selain di Jakarta, film ini menyedot banyak penonton di sejumlah daerah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan daerah lainnya."Ketika film ini akan diluncurkan di hadapan wartawan, terus terang saya sempat stres karena takut film ini dikritik habis, bahkan mungkin dicaci maki. Tapi ternyata tidak. Bahkan, para wartawan memuji film ini. Alhamdulillah," ujar Naldy kepada Suara Karya.
Film Bukan Cinta Biasa dianggap sebagai film berkualitas dan layak dikirim ke Festival Film Cannes, Prancis, karena memiliki banyak keunnggulan. Di samping akting para pemainnya yang bagus, film ini juga didukung oleh cerita dan penggarapan sang sutradara yang sangat teliti dan tidak sembarangan. "Bahkan, saya sebagai produser pun ikut mengawasi sampai masalah make up," ujar Naldy.
Film Bukan Cinta Biasa hadir di tengah maraknya film bergenre horor yang ditonton banyak orang. Namun, film yang dibintangi Ferdy Taher yang personel kelompok musik Element, Wulan Guritno, Olivia Jensen Lubis, Joe Projeck P, dan sejumlah pemain lainnya ini mampu menyedot penonton dalam jumlah signifikan.
"Sejak awal saya memang tidak ingin membuat film yang sama dengan tren film yang ada sekarang, horor misalnya. Karena itu, saya membuat film remaja. Tapi, alhamdulillah, penontonnya banyak," kata Naldy lagi.
Film yang memilih Bandung sebagai lokasi syuting ini bertutur tentang seorang gadis bernama Nikita (Olivia Jensen) yang kedua orangtuanya, Tommy (Ferdy Taher) yang berprofesi sebagai musikus rock dan ibunya, Lintang (Wulan Guritno), berpisah lantaran sang ayah terlalu suka kepada banyak wanita alias playboy dan suka mabuk-mabukan.
Namun, meski kedua orangtuanya bercerai, Nikita tidak kemudian menjadi anak gadis yang broken home. Ia bahkan bisa menjaga diri dari sikap remaja pria yang mencoba memperlakukannya seperti wanita murahan.
Untuk menunjukkan film ini bermuatan edukasi, Benny Setiawan, sang sutradara, memasukkan adegan Nikita yang menampar pacarnya, Bred, karena ia mencoba mencium pipi gadis itu. Nikita menampar sekali lagi karena Bred berusaha memegang tangannya. "Kamu bukan muhrim," katanya.
Pada adegan berikutnya, Tommy yang memergoki Bred yang tengah memegang tangan putrinya, Nikita, di ruang tamu rumah mereka langsung mematahkan tangan Bred sehingga tangan Bred harus digips.
Bagi sementara pihak, adegan seperti ini mungkin terlalu konservatif. Pacar mau mencium kok ditampar, mau pegang tangan juga ditampar. Begitu pula dengan sikap Tommy yang mematahkan tangan Bred yang mengelus-elus tangan Nikita dengan alasan ingin melihat garis tangannya. Namun, apabila dilihat lebih jauh, adegan ini sangat bernuansa dakwah dan bernilai pendidikan yang amat tinggi.
Seorang anak gadis yang baik dan menjaga harga dirinya tidak akan membiarkan tangan laki-laki sembarangan memegang atau menciumnya. Inilah contoh positif yang dipesankan dalam film Bukan Cinta Biasa. (Kartoyo DS)
Sumber : SuaraKarya Online [28/05/2009]